Balai Kartini-Jakarta, Selasa-Kamis, 25-27 Juni 2013
Berbagai kebijakan dan upaya telah
dilakukan dalam mengatasi masalah gizi, namun saat ini Indonesia masih
menghadapi berbagai masalah gizi. Sejumlah 17.9% anak balita mengalami
gizi kurang (underweight), 36% mengalami stunting, 5.8% mengalami gizi
lebih (overweight). Pada orang dewasa 12.6% tergolong kurus dan 21.7%
tergolong gemuk (Riskesdas 2010). Selain itu, diperkirakan 20-40% anak,
remaja, dan wanita hamil mengalami anemia dan defisiensi berbagai zat
gizi mikro lainnya. Dari segi konsumsi pangan, juga dihadapi masalah
mutu gizi dan keamanan pangan. Misalnya rata-rata skor mutu gizi pangan
yang diukur dari Skor Pola Pangan Harapan (Skor PPH) baru 77.3 dari skor
100 yang ideal. Hal ini terjadi karena rendahnya konsumsi pangan
hewani, sayur dan buah. Hasil pemantauan BPOM tahun 2011 menunjukkan
35.5% makanan jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat keamanan.
Sementara Undang-Undang No. 36/2009 tentang Kesehatan dan Undang-undang
No. 12/2012 tentang Pangan mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah berkewajiban menyelenggarakan perbaikan gizi penduduk, dan
meningkatkan konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat
dan mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif.
Banyak bukti bahwa gizi yang baik sejak usia dini merupakan fondasi mewujudkan generasi sehat, cerdas dan kuat; yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing bangsa. Para pimpinan negara, ahli ekonomi dan kesehatan dalam The World Economic Forum di Davos pada tanggal 25-29 Januari tahun 2012 menyepakati bahwa perbaikan gizi pada ibu dan anak merupakan salah satu investasi terbaik (one of the best investment) dan berdampak jangka panjang dalam mengatasi kemiskinan, meningkatan kesehatan, pendidikan dan pembangunan. Sehubungan hal tersebut PBB sejak tahun lalu menginisiasi gerakan percepatan perbaikan gizi yang dikenal dengan SUN (Scale Up Nutrition), di Indonesia disebut gerakan 1000 Hari Pertama bagi Kehidupan.
Inovasi pangan dan gizi merupakan salah satu kunci dan strategi dalam percepatan perbaikan gizi. Inovasi pangan dan gizi selalu berkembang sebagai respon terhadap perkembangan ilmu dan permasalahan pangan dan gizi di masyarakat. Sehubungan hal ini, berbagai inovasi pangan dan gizi baik pada tatanan Iptek, program maupun kebijakan perlu dikomunikasikan, diterapkan serta dikembangkan agar percepatan perbaikan gizi dapat terwujud. Faktor lain yang juga penting dalam percepatan perbaikan pangan dan gizi adalah partisipasi dari berbagai pihak. PBB menghimbau agar di setiap negara membangun partisipasi semua pihak melalui kemitraan pemerintah, masyarakat, swasta dan akademisi (Public Private Partnership).
Berdasarkan pemikiran di atas dan melanjutkan kegiatan ilmiah tahunan, PERGIZI PANGAN Indonesia menyelenggarakan Seminar Nasional Pangan dan Gizi dengan tema “Inovasi Pangan dan Gizi Mewujudkan Generasi Sehat, Cerdas, dan Kuat untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa”; meliputi kegiatan seminar ilmiah, simposium hasil penelitian terkini, penghargaan, dan lomba.
Banyak bukti bahwa gizi yang baik sejak usia dini merupakan fondasi mewujudkan generasi sehat, cerdas dan kuat; yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing bangsa. Para pimpinan negara, ahli ekonomi dan kesehatan dalam The World Economic Forum di Davos pada tanggal 25-29 Januari tahun 2012 menyepakati bahwa perbaikan gizi pada ibu dan anak merupakan salah satu investasi terbaik (one of the best investment) dan berdampak jangka panjang dalam mengatasi kemiskinan, meningkatan kesehatan, pendidikan dan pembangunan. Sehubungan hal tersebut PBB sejak tahun lalu menginisiasi gerakan percepatan perbaikan gizi yang dikenal dengan SUN (Scale Up Nutrition), di Indonesia disebut gerakan 1000 Hari Pertama bagi Kehidupan.
Inovasi pangan dan gizi merupakan salah satu kunci dan strategi dalam percepatan perbaikan gizi. Inovasi pangan dan gizi selalu berkembang sebagai respon terhadap perkembangan ilmu dan permasalahan pangan dan gizi di masyarakat. Sehubungan hal ini, berbagai inovasi pangan dan gizi baik pada tatanan Iptek, program maupun kebijakan perlu dikomunikasikan, diterapkan serta dikembangkan agar percepatan perbaikan gizi dapat terwujud. Faktor lain yang juga penting dalam percepatan perbaikan pangan dan gizi adalah partisipasi dari berbagai pihak. PBB menghimbau agar di setiap negara membangun partisipasi semua pihak melalui kemitraan pemerintah, masyarakat, swasta dan akademisi (Public Private Partnership).
Berdasarkan pemikiran di atas dan melanjutkan kegiatan ilmiah tahunan, PERGIZI PANGAN Indonesia menyelenggarakan Seminar Nasional Pangan dan Gizi dengan tema “Inovasi Pangan dan Gizi Mewujudkan Generasi Sehat, Cerdas, dan Kuat untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa”; meliputi kegiatan seminar ilmiah, simposium hasil penelitian terkini, penghargaan, dan lomba.
Info lebih lanjut kunjungi : www.pergizi.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar