Rabu, 09 Februari 2011

Keseimbangan Kalsium Penting untuk Cegah Osteoporosis

Kejadian osteoporosis perlu diwaspadai karena dilihat dari penyebabnya yang multifaktor, sebagian masyarakat kita telah menjadi kelompok beresiko terhadap penyakit ini. Namun, problem sekunder yang sering terjadi adalah akibat penyusutan tulang yang tidak teramati efeknya, berupa timbulnya gejala rasa nyeri, kelainan bentuk tulang, tinggi badan tidak tumbuh maksimal, dan retak tulang.

Osteoporosis secara harfiah dapat diartikan tulang porous (berongga), yaitu keadaan di mana masa tulang berkurang dan menjadi rapuh. Pada kondisi tersebut, komposisi tulang barangkali tidak berubah, tetapi berat tulang per unit volume menjadi berkurang. Pada stadium lanjut, penderita osteoporosis akan mudah mengalami patah tulang jika terbentur atau jatuh terutama pada bagian tangan, pinggang, dan tulang belakang.

Berdasarkan hasil analisa data Risiko Osteoporosis pada tahun 2005 yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi dan Makanan Depkes yang bekerja sama dengan salah satu perusahaan nutrisi di 16 wilayah Indonesia. Prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) di Indonesia sebesar 41,7 persen. Data ini berarti bahwa dua dari lima penduduk Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi dunia, yakni satu dari tiga orang berisiko osteoporosis (Republika Online, 5 Desember 2006).



Tulang pada tubuh

Kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merupakan komponen utama pembentuk tulang. Sebagai mineral terbanyak, berat Ca yang terdapat pada kerangka tulang orang dewasa kurang lebih satu kilogram. Penyimpangan mineral dalam tulang akan mencapai puncaknya (peak bone mass atau PBM) sekitar umur 20-30 tahun. Pada periode PBM ini jika masa tulang tercapai dengan kondisi maksimal akan dapat menghindari terjadinya osteoporosis pada usia berikutnya. Pencapaian PBM menjadi rendah jika individu kurang berolahraga, konsumsi Ca rendah, merokok, dan minum alkohol.

Bagi orang Indonesia, konsumsi Ca berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2004, untuk usia 10-18 tahun (laki-laki dan wanita) adalah 1000 miligram perhari. Sedangkan untuk usia > 19 tahun (laki-laki dan wanita) adalah 800 miligram perhari. Konsumsi akan meningkat menjadi 950 miligram perhari untuk wanita yang sedang hamil dan menyusui.


Multifaktor

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa osteoporosis tidak disebabkan oleh faktor tunggal, meskipun selama ini hanya kekurangan Ca paling sering dianggap sebagai penyebab utama timbulnya osteoporesis. Tidaklah mengherankan bila dalam iklan disebutkan bahwa suplemen Ca dibesar-besarkan sebagai pencegah osteoporosis.

Jenis kelamin

Wanita lebih beresiko tinggi terkena osteoporosis karena memiliki ukuran tulang yang lebih kecil dibandingkan pria, sehingga densitasnya juga lebih rendah. Tulang akan menyusut terutama pada saat menupouse akibat proteksi hormon estrogen menurun drastis. Selain itu, pada saat hamil dan menyusui seorang ibu jika kurang mengkonsumsi makanan yang kaya akan Ca, maka sebagian Ca tulang ibu akan terserap untuk kebutuhan bayinya.

Riwayat keluarga

Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang-tuanya juga menderita osteoporosis. Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada ukuran dan densitas tulang. Disamping itu keluarga juga berpengaruh dalam hal kebiasaan makan dan aktivitas fisik.

Aktivitas fisik

Kurang kegiatan fisik menyebabkan ekresi Ca yang tinggi dan pembentukan tulang (periode PBM) tidak maksimum. Namum aktivitas fisik yang terlalu berat pada usia menjelang menopouse justru dapat menyebabkan penyusutan tulang.

Rokok dan alkohol

Mekanismenya masih belum jelas, tetapi dengan merokok orang lebih cendrung lebih kurus dan lebih cepat mengalami menopouse. Hal inilah yang dianggap pemicu terjadinya osteoporosis pada wanita. Alkohol dapat mengurangi penyerapan Ca akibat terjadinya gangguan pada usus halus.



Mengatur konsumsi pangan

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa perilaku konsumsi pangan erat kaitannya dengan resiko seseorang terkena penyakit tertentu, hal ini juga berlaku untuk osteoporosis. Pengaruhnya bisa berdampak langsung maupun tidak langsung, untuk itu perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan pola konsumsi seseorang.

1. Konsumsi protein yang tinggi membuat resiko pengeluaran kalsium pada urin meningkat (hypercalciuric) sehingga keseimbangan Ca dalam tubuh menjadi negatif. Protein yang tinggi kandungan fosfornya, seperti daginig dapat menimbulkan keseimbangan negatif Ca.

2. Konsumsi serat makanan (serealia, sayuran, dan buah) akan menyebabkan peningkatan ekskresi (pengeluaran) Ca. Pada waktu konsumsi serat tinggi, keseimbangan metabolisme Ca dapat dicapai jika konsumsi Ca juga tinggi.

3. Kandungan sodium. Meningkatnya konsumsi garam menyebabkan bertambahnya ekskresi Ca pada urin. Pada usia muda tubuh mampu beradaptasi sehingga keseimbangan Ca tidak berubah, tetapi hal tersebut tidak terbukti pada wanita usia lanjut.

4. Vitamin D. Meskipun osteoporosis tidak disebabkan oleh kekurangan vitamin D, tetapi dilaporkan bahwa suplemen Ca dengan vitamin D dapat mencegah terjadinya keropos tulang.

5. Vitamin K. Pada wanita penderita osteoporosis dijumpai serum vitamin K yang lebih rendah.

6. Konsumsi kafein. Ekskresi Ca meningkat pada peminum kopi dan peningkatan ini akan terlihat sangat nyata jika konsumsi kopi melebihi 15 gelas per hari (kadar kafein lebih dari satu gram).

Penanggulangan osteoporosis yang populer selama ini adalah dengan pemberian suplemen Ca. Namun bagi individu yang beresiko terhadap batu ginjal, dianjurkan untuk tidak menggunakannya. Kelebihan konsumsi Ca karena suplemen dapat menyebabkan konstipasi dan menghambat penyerapan mineral lainnya.

Ada banyak pilihan bahan pangan yang kaya akan Ca, misalnya susu dan produk olahannya, sayuran berwarna hijau, kerang, ikan, kedelai dan produk olahannya seperti tahu dan tempe. Merupakan pilihan bijak untuk mengkonsumsi bahan pangan yang banyak kandungan Ca-nya, sehingga kecukupan asupan Ca akan terpenuhi. Dengan konsumsi pangan yang cukup mengandung Ca, tetap berolahraga, tidak merokok, dan tidak minum alkohol maka kesehatan tulang dapat dijaga.


Sumber: http://http://kesehatan.kompasiana.com/

Tidak ada komentar: