Jumat, 14 Januari 2011

Makanan Olahan Pemicu Depresi

Tanpa kita sadari, banyak makanan yang kita makan sehari-hari adalah makanan olahan, mungkin karena rasanya yang lebih enak dan tidak repot menyiapkannya, serta gaya hidup instan yang menuntut semuanya lebih cepat, maka kita lebih memilih makanan olahan dibandingkan makanan segar. Namun penelitian terbaru menyebutkan bahwa mereka yang sering mengkonsumsi makanan olahan, apalagi yang mengandung lemak tinggi dan yang manis-manis beresiko memiliki tingkat depresi yang lebih besar, menurut hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh UCL (University College London), baru-baru ini.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Tasnime Akbaraly (UCL Epidemiologi dan Public Health), memaparkan bahwa makan dengan banyak sayuran segar, buah-buahan dan ikan bisa membantu mencegah timbulnya gejala depresi pada usia pertengahan.

Penelitian yang diterbitkan British Journal of Psychiatry pada edisi November 2009, adalah yang pertama meneliti secara keseluruhan hubungan antara diet dan depresi - sebelumnya penelitian difokuskan pada efek nutrisi setiap orang.

Peneliti dari UCL meneliti 3.486 orang dengan usia rata-rata 55 tahun, dan yang bekerja di Departemen Pelayanan Masyarakat di London. Setiap peserta menyelesaikan sebuah kuesioner mengenai kebiasaan makan, dan sebuah laporan penilaian diri tentang depresi.

Para peneliti menemukan bahwa orang dengan banyak konsumsi 'makanan sehat' memiliki kemungkinan kecil mengalami gejala-gejala depresi. Sebaliknya, konsumsi tinggi terhadap makanan olahan dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan terkena depresi.

Hubungan antara makanan dan serangan gejala depresi tidak berubah setelah para peneliti mengontrol indikator lain dari gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh.

Para penulis mengatakan: "Hasil penelitian kami menunjukkan makanan segar seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan ikan dapat menolak timbulnya gejala-gejala depresi, sedangkan makanan olahan (seperti daging/nugget/sosis beku, mi instan, makanan kaleng, dll), coklat, pencuci mulut yang manis, gorengan, sereal olahan dan produk susu lemak tinggi akan meningkatkan kerentanan bagi masyarakat terkena depresi. "

Para peneliti mengajukan beberapa penjelasan atas temuan mereka. Pertama, tingginya antioksidan dalam buah-buahan dan sayuran memiliki efek perlindungan, dalam penelitian sebelumnya telah menunjukkan tingkat antioksidan yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko kecil terkena depresi. Folat, yang ditemukan dalam jumlah besar pada sayuran seperti brokoli, kubis dan bayam, serta kacang-kacangan kering seperti kacang koro dan buncis, mungkin memiliki efek perlindungan yang sama.

Kedua, makan ikan dapat melindungi terhadap depresi karena memiliki rantai asam lemak tak jenuh ganda, yang merupakan komponen utama dari selaput neuron dalam otak.

Diet 'makanan sehat' melindungi terhadap depresi karena efek kombinasi dari mengkonsumsi banyak nutrisi berbagai jenis makanan, yang lebih baik dibandingkan dengan efek dari satu jenis nutrisi saja.

Para ilmuwan mengatakan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan mengapa mengkonsumsi makanan olahan dikaitkan dengan risiko tinggi terkena depresi, tetapi mereka menduga itu bisa terjadi karena makanan diet olahan terkait dengan risiko tinggi penyakit jantung koroner dan peradangan, yang diketahui ada hubungan dalam perkembangan depresi.

Para peneliti menyimpulkan: "Efek merusak dari makanan olahan terhadap depresi adalah sebuah penemuan baru. Penelitian kami menunjukkan kebijakan dalam mengkonsumsi makanan sehat akan menghasilkan manfaat tambahan bagi kesehatan dan kesejahteraan, dan peningkatkan gizi makanan masyarakat yang harus dipandang sebagai sasaran potensial mencegah penyakit depresi."

Tentang penelitian: Para peserta dalam penelitian ini adalah bagian dari penelitian Whitehall II yang lebih besar,didirikan oleh Profesor Sir Michael Marmot untuk menyelidiki pentingnya kelas sosial, faktor-faktor psikososial dan gaya hidup sebagai faktor-faktor penentu penyakit dalam sebuah kelompok yang diikuti 10.308 pria dan wanita.

Sumber: http://www.erabaru.net/


Tidak ada komentar: