Jumat, 31 Desember 2010

Pengaruh Vitamin Bagi Kesehatan

Vitamin A

Kelebihan vitamin A hanya bisa terjadi bila memakan vitamin A sebagai suplemen dalam takaran tinggi yang berlebihan misalnya takaran 16.000 RE untuk jangka waktu lama atau 40.000-55.000 RE/hari.

Gejala pada orang dewasa antara lain sakit kepala, pusing, rasa nek, rambut rontok, kulit mongering, tidak ada nafsu makan atau anoreksia, dan sakit pada tulang. Pada wanita menstruasi berhenti. Pada bayi terjadi pembesaran kepala, hidrosephalus, dan mudah tersinggung, yang dapat terjadi pada konsumsi 8.000 RE/hari selama 30 hari. Gejala kelebihan ini hanya terjadi bila dimakan dalam bentuk vitamin A. Karoten tidak dapat menimbulkan gejala kelebihan karena absorpsi karoten menurun bila konsumsi tinggi. Di samping itu sebagian dari karoten yang diserap tidak diubah menjadi vitamin A, akan tetapi disimpan di dalam lemak. Bila lemak di bawah kulit mengandung banyak karoten, warna kulit akan terlihat kekuningan.

Kelebihan vitamin A kurang baik karena akan mengakibatkan terjadinya penimbunan vitamin A dalam organ tubuh yang akan mengakibatkan nafsu makan menjadi menurun, rambut rontok, kulit menjadi gatal, tulang pada tangan dan kaki berasa sakit. Pemakaian beta karoten yang berlebihan dapat mengakibatkan kulit menjadi kuning, telapak tangan banyak mengeluarkan keringat.

Vitamin D

Konsumsi vitamin D dalam jumlah berlebihan mencapai lima kali AKG yaitu lebih dari 25 mikrogram (1000 SI) sehari, akan menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah kelebihan absorpsi vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan kalsifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh, seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain. Tanda-tanda khas adalah akibat hiperkalsemia seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental dan pengeluaran urin berlebihan. Bayi yang diberi vitamin D berlebihan menunjukkan gangguan saluran cerna, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan, dan kelambatan perkembangan mental.

Di masa bayi seringkali diberi tambahan vitamin D sebanyak satu tetes setiap hari. Pemberian vitamin D yang terlalu banyak, misalnya satu sendok teh setiap hari akan mengakibatkan timbulnya keracunan. Gejala keracunan vitamin D yaitu nafsu makan hilang, muntah-muntah, berasa sangat haus, mengalami sembelit, dapat mengalami diare, kehilangan berat dan bersifat mudah marah. Apabila overdosis berlangsung terus menerus, anak dapat mengalami koma dan akhirnya mati.

Vitamin E

Menggunakan vitamin E secara berlebihan dapat menimbulkan keracunan. Namun akibatnya tidak terlalu merugikan seperti halnya dengan kelebihan vitamin A. Gangguan pada saluran cerna terjadi bila memakan lebih dari 600 mg sehari (60-75 kali AKG). Dosis tinggi juga dapat meningkatkan efek obat antikoagulan yang digunakan untuk mencegah penggumpalan darah.

Vitamin K

Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Gejala kelebihan vitamin K adalah hemolisis sel darah merah, sakit kuning dan kerusakan pada otak.

Vitamin C

Kelebihan vitamin C berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala. Tetapi konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan tiap hari dapat menimbulkan hiperoksaluria dan resiko lebih tinggi terhadap batu ginjal. Dengan konsumsi 5-10 gr vitamin C baru sedikit asam askorbat dikeluarkan melalui urin. Resiko batu oksalat dengan suplemen vitamin C dosis tinggi dengan demikian rendah, akan tetapi hal ini dapat menjadi berarti pada seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk pembentukan batu ginjal.

Vitamin B6

Konsumsi vitamin B6 dalam jumlah berlebihan selama berbulan-bulan akan menyebabkan kerusakan saraf yang tidak dapat diperbaiki, dimulai dengan semutan pada kaki, kemudian mati rasa pada tangan dan akhirnya tubuh tidak mampu bekerja. Gejala kelebihan vitamin B6 ini sudah dapat dilihat pada konsumsi sebanyak 25 mg sehari. Hal ini perlu diperhatikan bila menggunakan suplemen vitamin B6 dalam jumlah berlebihan.


Sumber : http://www.lily.staff.ugm.ac.id/

Potensi Buah Mangrove Sebagai Alternatif Sumber Pangan

Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai hutan mangrove (hutan bakau) terbesar di dunia, yaitu mencapai 8.60 juta hektar, meskipun saat ini dilaporkan sekitar 5.30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004). Ekosistem mangrove memiliki manfaat ekonomis yaitu hasil kayu dan bukan kayu misalnya budidaya airpayau, tambak udang, pariwisata dan lainnya. Manfaat ekologis adalah berupa perlindungan bagi ekosistem daratan dan lautan, yaitu dapat menjadi penahan abrasi atau erosi gelombang atau angin kencang. Secara ekosistem berperan dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir baik secara fisik maupun biologis (Bandaranayake, 2005).

Belum banyak pengetahuan tentang potensi dan manfaat mangrove sebagai sumber pangan. Penelitian yang dilakukan Mamoribo (2003) pada masyarakat kampung Rayori, distrik Supriyori Selatan, kabupaten Biak Numfor memberikan informasi bahwa masyarakat telah memanfaatkan buah mangrove untuk dimakan terutama jenis Bruguiera gymnorrhiza yang buahnya diolah menjadi kue. Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai atau sekitar hutan mangrove seperti di Muara Angke Jakarta dan teluk Balikpapan secara tradisional pun ternyata telah mengkonsumsi beberapa jenis buah mangrove sebagai sayuran, seperti Rhizopora mucronata, Acrosticum aerum (kerakas) dan Sesbania grandiflora (turi). Bruguiera gymnorrhiza atau biasa disebut Lindur dikonsumsi dengan cara mencampurkannya dengan nasi sedangkan buah Avicennia alba (api-api) dapat diolah menjadi keripik. Buah Sonneratia alba (pedada) diolah menjadi sirup dan permen (Haryono, 2004). Begitu pula di sebagian wilayah Timor barat, Flores, Sumba, Sabu dan Alor, masyarakat menggunakan buah mangrove ini sebagai pengganti beras dan jagung pada waktu terjadi krisis pangan (Fortuna, 2005).

Buah mangrove jenis lindur (Bruquiera gymnorrhiza) yang secara tradisional diolah menjadi kue, cake, dicampur dengan nasi atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa (Sadana, 2007) mengandung energi dan karbohidrat yang cukup tinggi, bahkan melampaui berbagai jenis pangan sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti beras, jagung singkong atau sagu. Penelitian yang dilakukan oleh IPB bekerjasama dengan Badan Bimas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Timur menghasilkan kandungan energi buah mangrove ini adalah 371 kalori per 100 gram, lebih tinggi dari beras (360 kalori per 100 gram), dan jagung (307 kalori per 100 gram). Kandungan karbohidrat buah bakau sebesar 85.1 gram per 100 gram, lebih tinggi dari beras (78.9 gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per 100 gram) (Fortuna, 2005).

Dalam bentuk alami, pemanfaatan B. gymnorrhiza yang selanjutnya kita sebut sebagai buah lindur untuk olahan pangan menjadi sangat terbatas. Dalam kondisi alami ini juga menjadi sangat terbatas umur simpannya karena seperti buah-buahan hasil pertanian yang lainnya buah lindur ini akan menjadi cepat busuk. Penepungan merupakan salah satu solusi untuk mengawetkan buah lindur karena dengan penepungan dapat memutus rantai metabolisme buah lindur sehingga menjadi lebih awet karena kandungan airnya rendah dan lebih fleksibel diaplikasikan pada berbagai jenis olahan pangan sehingga nantinya diharapkan lebih mudah dikenalkan pada masyarakat. Sebagai sumber pangan baru kami juga menganalisis kandungan Tanin dan HCN sebagai indikator keamanan pangannya. Karena tanin dan HCN dalam dosis tertentu bisa meracuni manusia.

Karbohidrat terdapat dalam jumlah dominan sebagai penyusun komposisi nilai gizi tepung buah lindur. Nilai rata-rata kadar karbohidrat sebesar 81,8904% untuk penepungan langsung dan 80,3763% untuk penepungan dengan perendaman dalam larutan pemutih. Kadar karbohidrat tepung buah mangrove yang melalui proses perendaman dalam larutan pemutih sedikit lebih rendah hal ini disebabkan ada sebagian karbohidrat yang berbentuk pati ikut terbuang bersama larutan perendam. Kadar karbohidrat yang tinggi pada tepung buah lindur menunjukkan tepung ini juga mempunyai nilai kalori tinggi sehingga bisa digunakan sebagai alternatif sumber pangan baru berbasis sumber daya lokal. Untuk penelitian lebih lanjut bisa dihitung nilai kalorinya dengan menggunakan Bomb Kalorimeter.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa buah mangrove juga punya manfaat sebagai sumber pangan alternatif masa depan sebagai pengganti beras lho….

Sumber : http://kesematindonesia.wordpress.com/2009/05/17/potensi-buah-mangrove-sebagai-alternatif-sumber-pangan/

Mengapa Cabai Pedas?

Ada orang yang makan dengan kecap ataupun sambal yang diberi gula. Katanya kalau makan dengan cabe itu pedas. Cabe itu bikin sakit perut, dan bisa-bisa bikin mencret. Itu kalau dikonsumsi secara berlebihan. Tapi ada juga lho, orang yang nggak bisa makan tanpa cabe. Ya, makan jadi nggak enak gitu. Saking doyannya sama cabe, nasinya merah diselimuti cabe. Tapi anehnya lagi perutnya malah gak sakit dan tenang-tenang aja.

Meskipun rasa cabe memang pedas, namun cabe sangat penting juga. Karena cabe mengandung vitamin dan mineral. Nah, mengapa rasa cabe itu pedas? Tentunya ada yang membuat cabe itu pedas. Zat yang membuat rasa cabe itu pedas dinamakan capsaicin (capsaicin oil). Capsaicin bersifat seperti minyak, dan ‘membakar’ sel-sel pengecap di lidah saat kita makan cabe, nah itulah yang dinamakan rasa pedas. Rasa pedas yang tertinggi terdapat pada ‘urat’ putih tempat melekatnya biji. karena pada urat itulah karena di situlah Capsaicin di hasilkan. Bagimana membuat rasa pedas itu hilang? salah satu caranya yaitu dengan membuang biji cabe. Biji juga menghasilkan Capsaicin yang konsentrasinya tinggi.

Meski pedas, banyak orang gemar makan cabai. Bahkan sebagian orang merasa akan belum lengkap jika blm disertai dengan sambal. Konon, rasa pedasnya meninbulkan ketagihan. “Tidak ada zat dalam cabai yang menimbulkan ketagihan. Ketagihan muncul karena kebiasaan saja” kata Siti Nurhidayati R. SKM MKes, dosen akademi Gizi Surabaya.

Apa yang membuat cabai terasa pedas hingga menimbulkan sensasi makan tersendiri? Biang keladinya Capsaicin. Bahan ini tersimpan dalam “urat” putih cabai, tempat melekatya biji. jadi kalau ingin mengurang rasa pedas pada masakan, buang bagian dalam cabai dan gunakan saja kulitnya.

Sekarang udah tau kan alasan mengapa “Cabai” rasanya pedassss? Meski kelihatannya remeh,tapi ternyata penting juga buat kamu tau Lho….

Sumber : http://aneukinskom08.blogspot.com/2009/04/kenapa-cabai-pedas/